Tantangan dan Etika Jurnalisme Online di Indonesia

Etika Jurnalisme

Hadirnya media online telah membawa perubahan yang signifikan dalam dunia jurnalisme. Media online menawarkan berbagai cara menarik untuk menyampaikan suatu berita, mulai dari liputan secara langsung, video infografis, timeline interaktif, dan lain sebagainya. 

Keunggulan lain dari media online yakni penyampaian informasi yang cepat ternyata menimbulkan tantangan tersendiri. Jurnalis dituntut untuk bekerja lebih cepat agar tidak tertinggal media lain. Meski demikian, jurnalis sebaiknya tidak mengesampingkan etika jurnalisme dalam membuat konten berita.

Untuk membuat konten berita yang berkualitas dan menarik, penting bagi jurnalis untuk selalu menjunjung etika jurnalisme. Jurnalis harus memastikan bahwa berita yang disajikan adalah berita yang faktual, berimbang, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana tantangan dan apa saja etika jurnalisme bagi jurnalis di media online dalam menghadapi gencaran arus informasi di dunia digital saat ini.

Etika Jurnalisme

Tantangan Jurnalisme Online di Indonesia

Agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan beragam informasi menarik dan terkini melalui media online, maka dibutuhkan kreativitas dan kemampuan jurnalis dalam menyajikan berita yang berkualitas. Namun tak dapat dipungkiri, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh jurnalis online di Indonesia. Apa sajakah tantangan tersebut?

1. Arus informasi yang cepat dan masif

Untuk dapat mengimbangi arus informasi yang cepat dan masif, jurnalis dihadapkan dengan tantangan untuk menghadirkan informasi yang cepat dan akurat. Hal ini disebabkan karena tingginya kecepatan distribusi informasi pada media online. Jurnalis pun dituntut untuk bekerja lebih cepat dan akurat agar tidak tertinggal dengan media online lainnya.

Namun sayangnya, kecepatan distribusi berita online ini pun dapat menyebabkan jurnalis mengabaikan etika jurnalisme. Sebagai contoh, jurnalis dapat melakukan plagiarisme, berita yang tidak akurat, atau menyebarkan hoaks. Hal yang demikian dapat menyebabkan beredarnya informasi yang tidak akurat dan dapat menyesatkan.

2. Kurangnya literasi masyarakat

Tantangan berikutnya adalah kurangnya literasi masyarakat. Literasi yang rendah dapat menyebabkan seseorang mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat. Hal ini tentunya dapat meresahkan masyarakat apabila tidak melakukan cross-check kebenaran informasi. 

Oleh karena itu, jurnalis harus selalu memberikan informasi yang faktual dan akurat sesuai dengan etika jurnalisme. Jurnalis media online juga harus mampu menyajikan informasi yang menarik dengan memanfaatkan berbagai multimedia untuk mendukung penyampaian informasi, seperti menambahkan gambar yang relevan, infografis, timeline interaktif, atau video animasi sederhana. 

Selain itu, penulisan teks pada media online umumnya lebih singkat bila dibandingkan dengan media cetak sehingga kemampuan jurnalis dalam menulis secara efisien sangat dibutuhkan.

3. Sumber berita yang tidak akurat

Sumber berita yang tidak akurat atau belum terbukti kebenarannya merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh jurnalis online. Informasi ini biasanya hadir dari berbagai sumber, seperti media sosial, situs website, atau bahkan dari media online lainnya. 

Maka, penting bagi jurnalis untuk melakukan verifikasi ulang sebelum menulis berita. Sebab salah satu etika jurnalisme adalah jurnalis harus menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan bermanfaat.

Etika Jurnalisme Online

Etika dalam jurnalisme online wajib diterapkan oleh jurnalis saat memproduksi berita. Etika tersebut merupakan kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers Indonesia. Kode etik jurnalistik ini berlaku tak hanya untuk berita di media cetak, tetapi juga pada media elektronik dan media online.

Kode etik ini diperlukan untuk memastikan jurnalis bekerja secara profesional dan berita yang dirilis dapat dipertanggungjawabkan.

1. Objektivitas

Objektivitas berarti jurnalis harus senantiasa menyampaikan informasi yang akurat, tidak memihak, dan tidak bias. Jurnalis tidak diperkenankan untuk menggunakan bahasa yang menghakimi atau menyinggung seseorang atau kelompok tertentu. Hal ini dapat menggiring opini yang kurang baik dan dapat mencemarkan nama media.

2. Transparansi

Sikap transparansi merupakan salah satu sikap yang patut dimiliki oleh seorang jurnalis. Jurnalis harus terbuka dan jujur tanpa adanya intervensi, campur tangan, maupun paksaan dari pihak lain dalam menyampaikan informasi. 

Dengan demikian, jurnalis dapat menerbitkan berita yang akurat sesuai fakta, berimbang, serta tidak adanya itikad buruk.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas artinya jurnalis harus bertanggung jawab atas berita yang dirilis. Jurnalis harus memberikan informasi berdasarkan fakta dan melakukan double-check mengenai kebenaran informasi yang didapatkan. Dengan demikian, berita yang dirilis terbukti kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan. 

4. Akurasi pemberitaan

Seorang jurnalis harus selalu menyajikan berita yang memiliki akurasi atau ketepatan dengan selalu mengecek fakta dan kebenaran. Meski dituntut untuk memproduksi berita dengan cepat, jurnalis harus mampu mengecek fakta secara mandiri. 

Apabila jurnalis keliru dalam menyajikan berita, ia diwajibkan untuk segera memperbaiki atau mencabut berita yang tidak akurat dan disertai dengan permintaan maaf. 

Tak hanya jurnalis media cetak yang harus menerapkan kode etik jurnalistik, hal ini pun berlaku pada jurnalis di media online. Kode etik jurnalistik yang berisi etika jurnalisme merupakan sebuah landasan moral bagi jurnalis untuk menerbitkan berita dan informasi yang akurat, bermanfaat, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan lewatkan informasi terbaru dari kami. Silakan berlangganan buletin kami.

Recent News

Editor's Pick