Update Ekonomi Ramadan 2024: Harga, Bisnis, dan Industri

Ekonomi Ramadan

Setiap tahun, datangnya bulan Ramadan membawa tidak hanya berkah rohani tetapi juga dampak signifikan pada aspek ekonomi di berbagai belahan dunia. Seiring dengan perubahan pola konsumsi dan aktivitas bisnis yang meningkat selama bulan suci, berbagai perubahan harga, strategi bisnis, dan perkembangan industri turut menjadi sorotan. Berikut rangkuman berita terkini terkait dengan ekonomi Ramadan 2024.

Ekonomi Ramadan

1. Perubahan Harga dan Pola Konsumsi

Sebagian besar negara yang merayakan Ramadan mengalami perubahan harga pada sejumlah barang konsumsi khas Ramadan seperti bahan makanan pokok, daging, buah-buahan, dan makanan ringan. Penjualan makanan dan minuman meningkat pesat menjelang waktu berbuka puasa (iftar) dan sahur, yang mempengaruhi ketersediaan barang di pasar dan dapat menyebabkan fluktuasi harga.

Seperti dilansir pada english.news.cn di artikel “Penurunan Pendapatan Menyulitkan Menu Ramadan di Lebanon”. Warga Lebanon, termasuk Inaam Ismail dan Ferial Hamaoui, mengalami kesulitan dalam memilih makanan yang terjangkau untuk Ramadan tahun ini karena krisis keuangan yang berkepanjangan di negara mereka. 

Dengan harga-harga yang melonjak dan pendapatan keluarga menyusut, banyak orang terpaksa memangkas pengeluaran, bahkan mempertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang biasanya diperoleh selama Ramadan. 

Krisis ekonomi di Lebanon yang dimulai sejak tahun 2019 telah membuat ribuan pekerja sektor publik menerima gaji yang sangat minim, sementara program bantuan sosial hampir tidak ada. Hal ini diperparah oleh pembatasan yang diberlakukan oleh bank-bank komersial terhadap penarikan deposito bank, membuat warga kehilangan tabungan mereka. 

Dampaknya, harga-harga barang dan makanan di supermarket Lebanon melonjak, sementara daya beli masyarakat turun drastis. Menurut para ahli, ekonomi Ramadan di Lebanon tahun ini menjadi tantangan baru karena kenaikan harga komoditas yang disebabkan oleh biaya pengiriman yang meningkat, akibat serangan Yaman di Laut Merah. 

2. Strategi Bisnis Retail

Bulan Ramadan juga menjadi momen penting bagi pelaku bisnis, khususnya dalam sektor ritel. Banyak perusahaan mengadopsi strategi pemasaran khusus untuk menarik pelanggan selama bulan suci ini, seperti mengadakan promosi khusus, menawarkan paket-paket diskon, dan menyediakan produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen selama Ramadan. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai platform untuk mempromosikan produk juga makin meningkat.

Seperti dilansir dari website brandinginasia, para retailers di Asia Tenggara perlu mempersiapkan strategi pemasaran yang efektif untuk Ramadan 2024 berdasarkan data penjualan Ramadan 2023. Penjualan konsumen diperkirakan akan meningkat hingga 43,41%, meskipun ada tekanan inflasi dan keprihatinan atas biaya hidup yang meningkat. 

Data menunjukkan bahwa Malaysia mengalami peningkatan penjualan tertinggi selama Ramadan, sementara Singapura dan Indonesia juga melihat pertumbuhan yang signifikan. Kategori produk yang paling diminati selama Ramadan termasuk Produk Religius & Upacara, Pakaian & Aksesoris, Makanan & Minuman, dan Kesehatan & Kecantikan.

Untuk meningkatkan keterlibatan konsumen selama Ramadan, Criteo merekomendasikan empat strategi utama. Pertama, pemanfaatan data first-party yang diizinkan untuk memperkuat strategi pemasaran. Kedua, memanfaatkan platform media ritel yang terpadu untuk meningkatkan kesadaran merek dan efektivitas penjualan. 

Ketiga, menggunakan data SKU untuk menyempurnakan target, pesan, dan kinerja kampanye. Terakhir, membangun pengalaman berbelanja yang mulus antara dunia online dan offline untuk meningkatkan keterlibatan konsumen dan loyalitas pelanggan. Dengan menerapkan strategi ini, pelaku bisnis dapat memaksimalkan potensi penjualan mereka selama musim Ramadan dan Idul Fitri.

3. Perkembangan Industri Makanan dan Minuman

Industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor ekonomi ramadan yang paling terpengaruh. Pabrik-pabrik makanan dan minuman meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang meningkat drastis, sementara restoran dan warung makan menghadapi tantangan dalam mengelola persediaan dan memastikan layanan yang efisien selama jam-jam sibuk berbuka puasa.

Jika pada 2023 lalu, penjualan produk dari industri makanan dan minuman diprediksi meningkat 5-7%. Tentunya, pada tahun 2024, angkanya bisa jadi tidak jauh beda atau lebih tinggi. 

Kesimpulan

Bulan Ramadan tahun 2024 membawa tantangan ekonomi ramadan yang signifikan di berbagai negara, dengan perubahan harga dan pola konsumsi menjadi sorotan utama. Di Lebanon, misalnya, warga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makanan karena krisis keuangan yang berkepanjangan, sedangkan di Asia Tenggara, penjualan konsumen diproyeksikan meningkat hingga 43,41% selama Ramadan. 

Strategi bisnis ritel menjadi kunci penting untuk menarik pelanggan selama bulan suci ini, dengan penggunaan data dan media ritel yang efektif menjadi fokus utama. Dengan demikian, bulan Ramadan tidak hanya merupakan momen spiritual, tetapi juga menghadirkan peluang dan tantangan ekonomi yang signifikan di seluruh dunia.

Bulan Ramadan tidak hanya merupakan waktu untuk meningkatkan ibadah spiritual tetapi juga menjadi momen yang penting bagi aktivitas ekonomi. Perubahan harga, strategi bisnis, dan perkembangan industri yang terjadi selama bulan suci ini memberikan gambaran tentang dinamika ekonomi yang unik dan menarik selama Ramadan tahun 2024.

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan lewatkan informasi terbaru dari kami. Silakan berlangganan buletin kami.

Recent News

Editor's Pick