Di masa kini, televisi, radio, dan koran tradisional tidak lagi menjadi sumber utama berita. Dengan jumlah pengguna internet di 2024 yang mencapai 5,35 miliar, atau setara 66,2 persen dari total populasi dunia, internet menjadi sarana penyebaran berita yang paling sering digunakan, baik oleh audiens maupun pembuat berita.
Internet memang membantu membagikan informasi dengan efektif dan efisien. Sayangnya, kemudahan tersebut mendorong banyak pihak tidak bertanggung jawab untuk sengaja menyebarkan berita-berita di internet yang bisa menimbulkan kebingungan, atau disebut juga “disinformasi”.
Gencarnya disinformasi di era sekarang akhirnya memunculkan banyak tantangan berita digital. Tentunya, tantangan-tantangan tersebut harus dihadapi dengan langkah yang tepat. Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang permasalahan ini, mari simak penjelasan berikut.
Bagaimana Tantangan Berita Digital dalam Era Disinformasi?
Berikut adalah beberapa tantangan berita berbasis digital, baik bagi pembuat maupun pembacanya, di era disinformasi kini.
1. Pengetahuan dan Pemahaman tentang Audiens
Pembuat berita digital di era disinformasi mendapatkan tantangan yang mengharuskan mereka mengetahui dan memahami preferensi sekaligus kebutuhan audiens. Sayangnya, banyak pembuat berita berkualitas yang tidak mengetahui hal-hal ini. Jika tidak memiliki inovasi dan strategi baru untuk menarik audiens, berita berkualitas akan kalah saing dengan berita yang kurang kredibel.
2. Milenial dan Generasi Z
Menurut studi terkini terkait cara kalangan muda mengonsumsi berita, milenial dan generasi Z jarang mengunjungi langsung situs web dan aplikasi berita. Mereka malah lebih banyak menghabiskan waktu di platform hiburan atau media sosial. Bagi kedua generasi ini, berita tradisional dianggap kurang relevan, kurang personal, dan bacaan yang membosankan.
Ofcom pun melaporkan bahwa internet menjadi platform yang paling banyak digunakan oleh rentang usia 16–24 tahun untuk mengonsumsi berita. Selain itu, setengah dari seluruh partisipan dalam studi Ofcom bergantung pada media sosial untuk memperoleh berita.
Memang, tidak ada salahnya mengakses berita lewat media sosial. Akan tetapi, hal ini akan membuat milenial dan generasi Z lebih mudah terpapar disinformasi. Terlebih, banyak orang dari kedua generasi ini hanya membaca tajuk berita dari tautan yang dibagikan ataupun menonton video pendek terkait berita tertentu.
Alhasil, muncul tantangan bagi para pembuat berita digital untuk menciptakan konten yang berbobot, kredibel, mengundang klik, sekaligus mudah dicerna dengan target pembaca milenial dan generasi Z.
3. Pedoman dan Pembaruan Algoritma Mesin Pencarian
Pembuat berita berbasis digital memperoleh tantangan dari algoritma mesin pencarian. Mesin pencarian, seperti Google, memiliki pedoman tersendiri yang kerap diperbarui secara berkala. Pembaruan inilah yang bisa menurunkan popularitas situs-situs web yang tidak sesuai dengan pedoman. Bila ingin memerangi disinformasi, pembuat berita berbasis digital harus mencari cara mempopulerkan konten-konten mereka agar sesuai dengan pedoman mesin pencarian terlebih dahulu.
4. Hoaks dan Menurunnya Kepercayaan
Kedua hal ini bisa dikatakan sebagai tantangan terbesar bagi jurnalisme digital saat ini. Berdasarkan studi yang dilakukan Reuters, level kepercayaan terhadap berita secara umum telah menurun drastis di seluruh dunia.
Lihat saja beberapa bulan ke belakang, makin banyak pembaca yang sulit membedakan antara hoaks dan jurnalisme yang akurat dan kredibel. Kini pembaca mulai menghindari sumber-sumber berita di internet yang memiliki reputasi buruk. Alhasil, para pembuat berita pun harus menaikkan reputasi baik dan bersaing dengan kompetitor penyebar hoaks agar lebih dipercaya oleh audiens.
Langkah yang Perlu Dilakukan untuk Menghadapi Tantangan Berita Digital
Langkah Menghadapi Tantangan Berita Berbasis Digital bagi Pembaca
- Hindari judul-judul berita yang mengandung clickbait berlebihan.
- Jangan menyebarkan narasi atau cerita yang belum kamu ketahui asal-usul jelasnya.
- Asah kemampuan analisismu ketika dihadapkan dengan informasi yang “terlalu berlebihan untuk jadi kenyataan”. Berita-berita seperti ini biasanya memang dirancang untuk memperoleh traffic dari emosi audiens.
- Cek tautan-tautan sumber yang disisipkan di dalam sebuah berita, baik itu kutipan langsung atau wawancara, berkas hukum, dokumen yang bocor ke publik, ataupun jumpa pers.
- Ketahui konteks dari suatu berita.
- Cari tahu cara situs web berita lain saat menyampaikan berita yang sama.
Langkah Menghadapi Tantangan Berita Berbasis Digital bagi Pembuat Berita
- Fokus memelihara dan mengembangkan jurnalisme berkualitas tinggi yang mampu membangun kepercayaan dan mengundang lebih banyak audiens.
- Selalu cek fakta sebelum membuat konten berita berbasis digital.
- Jangan membuat konten berita dengan sekadar memenuhi persyaratan algoritma untuk memperoleh traffic yang tinggi.
- Buatlah konten-konten berita sesuai preferensi dan kebutuhan dari target audiens.
Ternyata, ada banyak tantangan berita digital yang muncul di era disinformasi seperti sekarang. Akan tetapi, tidak perlu cemas. Dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dibahas di atas, kamu akan bisa menghadapi tantangan-tantangan yang ada dan memperoleh informasi yang aktual.
Semoga artikel kali ini bermanfaat.