Beberapa tahun belakangan ini, cryptocurrency tengah menjadi topik perbincangan hangat di dunia keuangan. Pasalnya, model keuangan tersebut dikabarkan memiliki potensi untuk merevolusi inklusi keuangan. Kok bisa? Untuk mengetahui seluk-beluknya, simak artikel ini sampai habis, ya.
Apa Itu Inklusi Keuangan?
Inklusi keuangan adalah tentang memastikan bahwa individu dan dunia usaha dapat mengakses produk dan layanan keuangan yang berguna dan terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Produk dan layanan tersebut dapat mencakup antara lain transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi, dan harus diberikan secara berkelanjutan. Menurut World Bank, inklusi keuangan merupakan faktor penting dalam mencapai 7 dari 17 Tujuan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan PBB.
Namun sayang, pada tahun 2022, 1,4 miliar orang dewasa di seluruh dunia masih “unbanked” (tidak memiliki rekening bank). Hal inilah yang membatasi peluang ekonomi dan melanggengkan kemiskinan.
Bagaimana Cryptocurrency Dapat Meningkatkan Inklusi Keuangan?
Kabar baiknya, aset digital seperti cryptocurrency telah muncul sebagai solusi potensial terhadap masalah inklusi keuangan ini. Alasannya adalah:
1. Aksesibilitas yang Mudah
Cryptocurrency adalah salah satu aset yang dapat disimpan secara digital dan tidak bergantung pada infrastruktur perbankan fisik. Tidak seperti perbankan tradisional, kamu tidak harus memenuhi persyaratan khusus untuk bisa bergabung dengan blockchain umum dan mengakses layanan mata uang kripto.
Cukup dengan smartphone dan akses internet, kamu bisa menyimpan, mengirim, dan menerima aset digital dengan aman, melampaui hambatan geografis dan infrastruktur. Hal ini memungkinkan orang-orang yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan tradisional karena kendala keuangan atau geografis masih dapat menggunakan mata uang kripto.
Misalnya, seseorang di daerah terpencil tanpa cabang bank dapat menggunakan mata uang kripto untuk mengirim dan menerima uang tanpa harus repot menempuh perjalanan jarak jauh.
2. Sifatnya Terdesentralisasi
Dalam sistem perbankan tradisional, kontrol sepenuhnya berada di tangan lembaga keuangan sentral dan pemerintah. Hal ini sering kali membatasi akses ke layanan keuangan bagi individu yang berada di luar jaringan tersebut.
Namun, cryptocurrency (seperti Bitcoin) menggunakan teknologi blockchain yang tidak dikendalikan oleh otoritas tunggal. Jadi, orang-orang yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan tradisional dapat mengakses layanan keuangan tanda perantara serta dapat mengelola keuangan mereka sendiri.
Mereka dapat mengirim, menerima, dan menyimpan nilai digital tanpa memerlukan izin atau keterlibatan pihak ketiga, seperti bank atau lembaga keuangan. Misalnya, kamu tinggal di negara yang sistem perbankannya memiliki riwayat korupsi yang parah dan pembajakan data nasabah.
Nah, mata uang kripto dapat menjadi alternatif terbaik bagi kamu untuk menyimpan dan mentransfer uang tanpa bergantung pada lembaga perbankan tradisional.
3. Biaya Transaksi Lebih Rendah
Jika dibandingkan dengan sistem keuangan konvensional, transaksi mata uang kripto jauh lebih murah dan jauh lebih cepat, terutama untuk transaksi lintas negara. Mengapa bisa demikian?
Kembali lagi karena sifatnya yang terdesentralisasi, sehingga menghilangkan kebutuhan perantara seperti bank. Tanpa perantara ini, biaya administratif dapat diminimalkan, sehingga pengguna untuk mentransfer nilai dengan biaya lebih murah, sehingga lebih terjangkau bagi individu yang berpenghasilan rendah.
Selain itu, jaringan blockchain, yang menjadi dasar mata uang kripto, dirancang untuk memproses transaksi dengan cepat dan efisien. Teknologi ini memungkinkan verifikasi transaksi secara otomatis dan transparan oleh jaringan peer-to-peer, sehingga mempersingkat waktu untuk menyelesaikan pembayaran atau transfer dana.
Hal ini secara signifikan sangat membantu orang-orang dari berbagai belahan dunia, khususnya pekerja migran, untuk mengirim uang kepada keluarga mereka.
4. Meningkatkan Transparansi dan Mengurangi Korupsi
Alasan lain mengapa cryptocurrency berpotensi mendorong inklusi keuangan adalah karena kemampuannya untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi korupsi.
Teknologi blockchain yang mendasari mata uang kripto adalah buku besar terdesentralisasi yang secara otomatis mencatat setiap transaksi dan membuatnya tersedia untuk publik. Ini berarti bahwa setiap transaksi menggunakan cryptocurrency dapat dipantau dan diverifikasi oleh siapa saja dengan akses ke blockchain.
Selain itu, cryptocurrency memungkinkan implementasi kontrak pintar (smart contracts), yang dapat membantu mengotomatisasi pelaksanaan perjanjian keuangan dan mengurangi kebutuhan akan perantara.
Tentu saja hal ini sangat membantu dalam mengurangi potensi penipuan atau kecurangan lainnya yang berisiko menyebabkan penyalahgunaan keuangan.
5. Cyprocurrency Menyediakan Akses Pinjaman Modal dan Pendanaan
Mata uang kripto juga memiliki kemampuan menyediakan akses pendanaan dan modal. Hal ini sangat membantu individu yang pendapatannya rendah atau memiliki riwayat kredit yang buruk sehingga tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman (kredit).
Melalui ICO (Initial Coin Offering) dan crowdfunding berbasis kripto, proyek-proyek baru dan inovatif dapat mengumpulkan dana dari investor di seluruh dunia tanpa melibatkan lembaga keuangan konvensional. Hal ini membuka pintu bagi wirausahawan di daerah untuk mendapatkan pinjaman modal guna mengembangkan bisnis mereka.
Cryptocurrency dapat menyediakan layanan ini melalui aplikasi terdesentralisasi (DApps) yang beroperasi pada jaringan blockchain. Misalnya, DApps seperti AAVE, Compound, dan MakerDAO memungkinkan pengguna memperoleh bunga atas kepemilikan mata uang kripto mereka atau meminjamnya tanpa memerlukan rekening bank tradisional.
Hasilnya, pengguna dapat meminjam uang menggunakan mata uang kripto mereka sebagai jaminan tanpa khawatir memenuhi persyaratan perbankan tradisional.
6. Meningkatkan Literasi Keuangan
Cryptocurrency juga dapat menjadi alat yang jitu untuk meningkatkan literasi keuangan. Dengan menyediakan akses terhadap layanan keuangan digital, individu dapat belajar tentang pengelolaan keuangan dan berinvestasi dengan cara yang aman dan mudah diakses.
Dengan begitu, masyarakat dapat menjadi lebih mandiri dan berdaya secara finansial. Bahkan, beberapa institusi pendidikan di Amerika Serikat kini telah menambahkan crypto education ke dalam daftar kelas mereka.
Contohnya, Texas A&M baru-baru ini menjadi pergurungan tinggi terbaru yang menyediakan mata kuliah Bitcoin untuk para mahasiswanya. Universitas terkemuka lain seperti MIT, Oxford, Harvard, dan beberapa lembaga pendidikan di Indonesia, juga turut menyediakan kelas online yang khusus mempelajari cryptocurrency dan blockchain.
7. Cryptocurrency Mampu Melindungi dari Hiperinflasi
Mata uang kripto dianggap sangat fluktuatif di beberapa wilayah di dunia. Akan tetapi, di negara-negara yang menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan hiperinflasi parah (misalnya Amerika Latin), masyarakat menganggap mata uang kripto (seperti stablecoin) sebagai penyimpan nilai yang lebih stabil dan bentuk perlindungan kekayaan yang aman.
Lebih dari sepertiga warga Amerika Latin melakukan pembelian sehari-hari dengan stablecoin pada April 2022, menurut penelitian Mastercard. Selain itu, Vietnam, Filipina, Ukraina, dan India juga termasuk empat pengadopsi mata uang kripto terbesar pada tahun 2022 (menurut Chainalysis Global Crypto Adoption Index).
Ketidakstabilan di negara-negara seperti Lebanon, Turki, Sri Lanka, dan Pakistan juga telah mendorong warga negara untuk mengubah dana mereka menjadi mata uang kripto menggunakan platform perdagangan peer-to-peer (P2P).
Kesimpulan
Kesimpulannya, kripto mempunyai potensi untuk mendorong inklusi keuangan. Caranya adalah dengan menyediakan akses terhadap layanan keuangan, mengurangi biaya transaksi, dan menyediakan penyimpan nilai yang stabil.
Namun, agar mata uang kripto dapat mencapai potensi maksimalnya, pemerintah dan lembaga keuangan harus bekerja sama untuk menciptakan kerangka peraturan yang jelas dan solid.