Industri Gaming dan Ekonomi Modern

Industri Gaming

Video game muncul pada 1950-an sebagai keunikan teknologi di sebuah pameran ilmu pengetahuan. Setelah menjadi masa lalu, permainan ini kini menjadi industri terbesar di dunia. Selain perkembangan teknologi pada dua puluh tahun terakhir, industri gaming terus bertumbuh dengan dukungan dan peran serta berbagai pihak, termasuk para gamer.

Video game telah berkembang dari permainan stick menjadi layar sentuh. Perkembangan ini diperkirakan akan membuat industri global ini meraup pendapatan USD321 juta pada 2026. Hal ini jelas tak bisa lepas dari adanya peningkatan jumlah gamer dari tahun ke tahun. 

Industri Gaming

Jumlah Gamer yang Terus Meningkat Tajam

Selain pemberlakuan WFH, pandemi berhasil menggeser kebiasaan orang saat mengisi waktu luang dengan bermedia sosial menjadi bermain gim. Ini terbukti dari jumlah pemain yang mencapai 2,7 miliar atau sepertiga penduduk dunia. Peningkatan tajam itu datang dari orang-orang yang suka bermain gim sosial dan kasual.

Perusahaan pengembang gim terus berlomba menciptakan gim baru demi mengejar peluang tersebut. Bahkan, perusahaan-perusahaan itu kini telah meraup keuntungan besar dari penjualan, pembelian item dalam gim, iklan, sponsor, dan layanan berlangganan. Industri ini juga memberikan dampak besar pada pabrik perangkat keras, penyedia jasa internet, dan industri esport.

Baca juga: https://archiveindex.org/10-bisnis-rumahan-yang-tepat-untuk-pemula-yang-ingin-mencari-penghasilan-tambahan/ 

Perkembangan Industri Gaming

Dunia permainan sudah banyak berubah dari awal kemunculan Super Mario. Jika dulu gim harus dimainkan menggunakan konsol, sekarang gim sudah bisa dimainkan di berbagai jenis smartphone. Tentunya makin canggih smartphone, makin banyak pilihan gim yang bisa dimainkan.

Jenis gim yang tersedia juga makin bervariasi, mulai dari simulasi hingga MOBA, offline atau online, dan gratis atau berbayar. Industri ini juga makin dikenal luas dan diminati berkat banyaknya turnamen esport yang diadakan.

Di Indonesia sendiri, turnamen esport Mobile Legends: Bang Bang sukses membuka pasar gim online. Hal ini juga membuat banyak pengusaha membuka agensi yang khusus melatih para pemain gim online untuk menjadi atlet esport. Pengembang gim Indonesia juga tidak ingin ketinggalan kesempatan ini dengan mengembangkan gim MOBA.

Peningkatan jumlah gamer tak lepas dari perkembangan gim yang bermula dari gambar piksel menjadi gim dengan gambar yang mendekati nyata. Didukung dengan cerita yang menarik, gim menjadi lebih menarik daripada sebelumnya. Saking menariknya, industri ini bahkan sampai merambah ke dunia perfilman dengan suksesnya waralaba Final Fantasy. 

Dengan kemampuan pengembang gim untuk memberikan interaksi yang makin nyata pada pemainnya, raksasa teknologi melihat ini sebagai kesempatan emas. Sebut saja Microsoft dengan HoloLens dan platform Mixed Reality miliknya; Meta dengan Oculus VR headset dan platform Horizon Workrooms; dan Sony yang mengeluarkan gim eksklusif untuk konsol PS-nya. Nampaknya, industri ini masih belum akan meredup dalam waktu dekat.

Baca juga: https://archiveindex.org/peluang-investasi-saat-resesi-apa-saja-yang-harus-dilakukan/ 

Pengaruh Industri Gaming pada Ekonomi Moderen

Peningkatan jumlah gamer juga berpengaruh pada perekonomian. Dari perkembangan MOBA dan game online, nilai pasar industri ini di Indonesia mencapai Rp18 triliun pada 2022. Dilansir dari Hybrid, nilai itu hanya akumulasi dari gim mobile dan PC, belum termasuk konsol, esport, dan cabang industri gim lainnya.

Nilai triliunan rupiah yang diakumulasikan dari kantong masyarakat Indonesia yang dibelanjakan pada industri ini berdampak besar pada ekonomi. Jika diakumulasikan secara global, pendapatan industri ini sudah melebihi industri mana pun hingga mampu menjadi pemain besar di bidang ekonomi. Saking besarnya, industri ini bahkan lebih besar daripada industri musik dan Hollywood.

Contoh nyatanya adalah waralaba permainan video Pokemon berhasil meraup keuntungan USD90 miliar. Sementara film dengan pendapatan terbesar hingga saat ini – Avatar – hanya memperoleh USD2,9 miliar.

Industri Gaming Tahan Resesi

Selain mampu meraup keuntungan besar, industri ini tahan resesi. Selama resesi 2008, industri ini seolah tidak terdampak. Saat banyak bank tutup dan pasar properti gulung tikar, industri ini malah masih berhasil menjual jutaan kopi Nintendo Wii dan sistem DS.

Meski begitu, analis mengatakan bahwa industri gim kemungkinan besar tidak akan sebesar Super Mario. Dengan makin mahalnya transaksi dalam gim dan harga perangkat keras VR yang makin meroket, mereka mengatakan bahwa transaksi gim video kemungkinan mengalami penurunan.

Hal ini didukung oleh fakta bahwa Nintendo, Microsoft, dan Sony yang mengalami penurunan pendapatan dan penghasilan yang lebih rendah dari ekspektasi. Penurunan ini terjadi selama pandemi Covid-19 dan masih berdampak setelahnya. Selain Covid-19, penurunan pendapatan ini dipengaruhi oleh inflasi yang terus menunjukkan tren naik.

Menanggapi hal ini, Meta menaikkan harga headset VR Quest 2 miliknya dari USD299 menjadi USD399. Juru bicara perusahaan ini mengatakan bahwa kenaikan harga itu disebabkan oleh naiknya harga produksi dan pengiriman. Penyesuaian itu pun akhirnya dilakukan untuk terus mengembangkan investasi untuk penelitian dan pengembangan produk baru.

Pesatnya perkembangan industri gaming memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian. Meskipun sempat dianggap tahan resesi, industri ini akhirnya mengalami penurunan setelah menghadapi pandemi covid-19 dan dampak setelahnya. Meski begitu, beberapa perusahaan masih tetap bertahan dengan industri yang dianggap menjanjikan untuk perekonomian masa depan.

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan lewatkan informasi terbaru dari kami. Silakan berlangganan buletin kami.

Recent News

Editor's Pick