Pernah dengar frasa “modern problem require modern solutions”? Seiring dengan semakin berkembangnya media sosial dan jagat maya di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, semakin banyak pelaku bisnis modern yang menerapkan strategi pembangunan merek berbasis nilai.
Berbagai Strategi Pembangunan Merek
Tujuan utama dari sebuah bisnis adalah tentu adalah mendapatkan keuntungan dari penjualan produk berupa barang atau jasa. Dalam hal produk, merek atau jenama atau brand sangat penting untuk membedakan suatu produk dengan produk serupa yang ditawarkan oleh perusahaan lain. Dengan kata lain, merek adalah identitas atau tanda pengenal suatu produk setelah beredar di pasaran.
Untuk memastikan suatu produk menarik minat konsumen, perlu ada strategi khusus yang harus dijalankan sebelum dan setelah merek disematkan kepada produk. Penerapan strategi branding juga bertujuan untuk membangun persepsi konsumen terhadap suatu produk, merek, maupun perusahaan. Semakin baik branding strategy yang diterapkan, semakin baik pula sentimen konsumen terhadap suatu produk yang kemudian akan berdampak langsung terhadap angka penjualan.
Strategi pembangunan merek atau branding strategy sendiri ada berbagai macam, antara lain:
- Company name branding. Strategi ini lazim digunakan untuk brand yang dipasarkan oleh perusahaan yang sudah memiliki nama besar dan reputasi yang baik. Contoh perusahaan yang menerapkan strategi ini antara lain Apple, Porsche, dan brand-brand fesyen papan atas.
- Individual branding. Strategi ini biasanya diterapkan oleh perusahaan yang memiliki banyak jenis produk sekaligus sehingga masing-masing produk memiliki branding sendiri. Contoh perusahaan yang menggunakan strategi ini adalah Unilever.
- Brand extension branding. Dalam strategi ini, satu merek menawarkan produk lain yang masih serupa atau mendukung produk utama yang ditawarkan. Sebagai contoh, merek pasta gigi yang juga menjual sikat gigi, atau perusahaan komputer yang juga merilis lini produk smartphone.
- Value-based branding. Strategi ini berusaha menjalin hubungan antara merek dengan target konsumen berdasarkan nilai (value) tertentu yang direpresentasikan oleh merek.
Apa Itu Value-based Branding?
Value-based branding atau yang dikenal juga sebagai value based brand strategy adalah sebuah strategi pembangunan merek (branding strategy) dengan mengedepankan nilai-nilai (values) yang dimiliki perusahaan. Value yang dimaksud bisa direpresentasikan melalui berbagai cara, tidak harus selalu melalui produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
Salah satu ciri khas dari strategi pembangunan merek berbasis nilai ini adalah tujuannya. Jika strategi branding lain kebanyakan berfokus pada produk atau brand itu sendiri, value based brand berfokus kepada konsumen. Dalam hal ini, perusahaan harus memastikan konsumen dapat merasa terhubung dengan brand itu sendiri, bukan hanya dengan produk yang dijual.
Jika konsumen sudah merasa beresonansi dengan value yang dimiliki oleh sebuah merek, tidak akan sulit bagi konsumen yang bersangkutan untuk memutuskan membeli produk dari merek tersebut. Kemungkinan konsumen tersebut untuk melakukan repurchase atau mencoba produk baru pun semakin tinggi.
Untuk menjalankan value based brand strategy dengan baik, kunci utama yang harus diingat oleh perusahaan adalah konsistensi. Artinya, brand value yang direpresentasikan oleh perusahaan tidak boleh berubah-ubah. Brand value adalah bagian dari brand identity, sehingga brand value yang berubah-ubah akan menimbulkan kesan merek tersebut kurang kompeten dalam menjalankan bisnisnya.
Di era keterbukaan informasi dan media sosial, penerapan strategi ini oleh bisnis modern sebenarnya menjadi semakin mudah. Bahkan, tidak jarang ada konsumen yang sampai membangun hubungan parasosial dengan brand tertentu karena dianggap karena nilai yang dianut sejalan dengan nilai yang direpresentasikan oleh brand tersebut.
Cara paling mudah untuk mengkomunikasikan brand value kepada konsumen adalah menggunakan platform media sosial. Dalam hal ini, perusahaan bisa secara aktif berinteraksi dengan pengikut, membahas isu-isu terbaru seputar nilai yang dianut, hingga menjalankan campaign yang berkaitan dengan nilai tersebut.
Contoh lain pelaksanaan strategi ini adalah dengan merilis konten di internet, seperti podcast. Dengan podcast, brand tidak hanya bisa mengkomunikasikan secara verbal mengenai value yang dianut, tetapi juga berdiskusi dengan pakar maupun pendengar.
Bagaimana Nilai Mempengaruhi Merek
Seperti dijelaskan sebelumnya, konsumen akan lebih tertarik menggunakan produk barang maupun jasa dari perusahaan yang memiliki value yang sama dengan konsumen tersebut. Namun, bagaimana tepatnya suatu value mempengaruhi sebuah merek?
Singkatnya, nilai yang dianut merepresentasikan brand value. Merek dengan brand value yang baik dan konsisten memiliki reputasi yang baik juga. Brand dengan reputasi yang baik akan lebih menarik untuk konsumen. Brand yang menarik bagi konsumen akan meningkatkan angka penjualan, ditambah konsumen tidak akan ragu untuk “pamer” setelah membeli produk brand tersebut. Hal ini kemudian meningkatkan reputasi merek sekaligus memperluas penetrasi pasar. Begitu seterusnya.
Dengan kata lain, tidak ada alasan bagi pelaku bisnis, terutama bisnis modern, untuk tidak menerapkan strategi pembangunan merek berbasis nilai. Memang, butuh waktu yang cukup panjang sampai strategi ini menunjukkan hasil yang diinginkan. Namun, karena konsumen akan terhubung dengan value, bukan dengan produk, loyalitas konsumen terhadap merek tersebut juga akan lebih terjaga.