Berdasarkan laporan International Monetary Fund, kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral untuk melawan inflasi terus membebani aktivitas perekonomian. Kendati demikian, inflasi global diperkirakan akan turun, yang awalnya 8,7 persen pada 2022 lalu, menjadi 6,8 persen pada tahun 2023.
Tingkat inflasi itu pun diprediksi akan turun lagi menjadi 5,2 persen pada 2024 mendatang. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pengaruh inflasi global terhadap kebijakan moneter dan keuangan pribadi yang patut Anda pahami.
Apa penyebab terjadinya inflasi global?
Bila merujuk pada sejarah, berikut adalah penyebab utama dari inflasi yang terjadi di seluruh dunia.
– Jumlah uang yang beredar
Saat masyarakat memiliki peningkatan pendapatan atau peluang untuk berbelanja lebih, alih-alih menabungnya, mereka akan cenderung membelanjakan uang tersebut. Hal itu akhirnya membuat permintaan jadi lebih tinggi daripada pasokan yang tersedia.
– Supply shock
Inflasi pasti akan terjadi jika ada gangguan signifikan pada rantai pasokan tertentu. Supply shock adalah suatu kondisi tidak terduga yang membuat pasokan suatu produk atau komoditas mendadak berubah, yang pada akhirnya memicu perubahan harga yang tidak terduga. Hal ini umumnya terjadi karena peristiwa-peristiwa penting berskala global, aksi pemogokan, atau alasan lainnya.
– Ekspektasi
Ketika apa yang terjadi dalam perekonomian tidak sesuai ekspektasi, hal ini juga dapat menyebabkan inflasi. Misalnya saja, perusahaan umumnya menciptakan produk berdasarkan permintaan konsumen. Namun, peningkatan permintaan yang tidak terduga dan tidak adanya pasokan yang dapat mengimbanginya, tentunya bisa menimbulkan masalah. Hal itu akhirnya juga dapat menjadi faktor yang memicu terjadinya inflasi.
Lantas, jika dihubungkan dengan kondisi sekarang, mengapa tingkat inflasi saat ini begitu tinggi? Berikut adalah beberapa hal yang memicu inflasi global saat ini.
1. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 telah memicu terjadinya inflasi tarikan permintaan atau demand pull inflation. Dalam hal ini, aspek paling utama yang membuat itu terjadi adalah pengeluaran rumah tangga. Ketika aturan lockdown dicabut, masyarakat menjadi lebih nyaman untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka.
Pada akhirnya, masyarakat mulai melakukan pembelian, tetapi itu terjadi dengan lebih cepat sehingga sulit dipenuhi oleh rantai pasokan yang ada. Ketika permintaan jauh lebih besar daripada pasokan, maka terjadilah kelangkaan dan kenaikan harga.
2. Invasi Rusia ke Ukraina
Selain kondisi politik, konflik luar negeri dan dalam negeri juga dapat memengaruhi fungsi perekonomian dunia. Rusia dan Ukraina memasok komoditas penting di dunia. Maka, adanya gangguan rantai pasokan akibat perang, serta sanksi yang diberlakukan pada Rusia, telah membuat harga melambung tinggi.
Tercatat ada empat sektor yang paling terdampak dari perang Rusia dan Ukraina, yang pada akhirnya memicu inflasi global saat ini.
– Sektor pangan
Rusia dan Ukraina memasok 25% gandum, 20% jagung dan biji-bijian, dan 80% minyak bunga matahari untuk kebutuhan dunia. Maka, akibat konflik tersebut, harga pangan global pun meningkat sebesar 17%.
– Transportasi
Rusia adalah salah satu pemasok palladium, produksi tambang, platinum, titanium, dan pupuk terkemuka di dunia. Komoditas ini berkontribusi pada industri penting seperti mobil, pesawat terbang, dan pertanian.
– Energi
Rusia merupakan kontributor besar bagi industri minyak dan energi dunia. Pada bulan Juni tahun lalu, misalnya, harga minyak Brent melonjak menjadi $120 per barel, sedangkan harga energi secara keseluruhan telah meningkat sebesar 30%.
– Pasar Keuangan
Ketika saham tidak dapat diprediksi, khususnya saat terjadi konflik seperti sekarang, hal itu tentu akan berdampak buruk pada harga saham global. Kondisi ini adalah akibat dari perdagangan dan divestasi yang bersifat tentatif.
Langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral untuk mengatasi inflasi
Lalu, apa langkah-langkah yang telah diambil bank sentral, terutama di Indonesia, untuk mengatasi inflasi global? Terkait hal ini, Bank Indonesia dan pemerintah telah sepakat untuk menerapkan lima langkah strategis. Langkah-langkah itu dilakukan guna menjaga inflasi IHK tetap dalam kisaran 3,0%±1% pada 2023.
Adapun lima langkah yang Bank Indonesia dan pemerintah sepakati dalam upaya melawan inflasi ini, adalah sebagai berikut.
- Memperkuat koordinasi kebijakan untuk memastikan adanya stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
- Menjaga inflasi komponen Volatile Food. Hal ini terutama dilakukan pada Hari Besar Keagamaan Nasional sehingga angka inflasi tetap di kisaran 3,0% – 5,0%.
- Memperkuat ketahanan pangan domestik, yang dilakukan lewat rencana akselerasi implementasi program lumbung pangan dan perluasan kerja sama antardaerah.
- Memperkuat ketersediaan data pangan yang nantinya bisa dipakai untuk mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi.
- Memperkuat sinergi komunikasi sehingga nantinya dapat mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi masyarakat.
Pengaruh inflasi terhadap keuangan pribadi
Selain memengaruhi kebijakan moneter suatu negara, inflasi global juga sangat berdampak pada kondisi keuangan pribadi.
Bagaimana inflasi dapat merusak daya beli konsumen
Inflasi menjadi salah satu penyebab utama menurunnya daya beli konsumen. Akan tetapi, bagaimana inflasi dapat merusak daya beli masyarakat? Hal ini karena inflasi membuat nilai mata uang menjadi turun, yang akhirnya membuat daya beli masyarakat ikut melemah. Penjual sendiri terpaksa melakukan peningkatan harga sebagai upaya agar tetap bisa untung saat terjadi inflasi.
Maka, apabila penghasilan masyarakat tidak sejalan dengan inflasi, hal itu bisa membuat daya beli rumah tangga menjadi minus. Ketika daya beli masyarakat turun, itu juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebuah negara—yang akan menjadi lebih lambat.
Strategi melindungi keuangan pribadi dari inflasi
Untuk itu, ikuti beberapa tips berikut agar keuangan pribadi Anda tetap terjaga saat inflasi sedang tinggi.
– Menjadi lebih hemat
Utamakan membeli kebutuhan pokok saat harga-harga sedang naik. Tujuannya adalah memastikan Anda tetap memiliki uang untuk kebutuhan penting lainnya, termasuk dana darurat dan investasi.
– Mengatur ulang pos pengeluaran
Yuk, atur ulang pos pengeluaran Anda agar bisa lebih hemat saat inflasi terjadi! Pisahkan mana pos yang tergolong kebutuhan pokok dan mana yang termasuk pos keinginan atau leisure. Contoh dari pos leisure adalah keinginan Anda untuk nongkrong atau traveling.
– Meningkatkan dana darurat
Inflasi tinggi memunculkan kekhawatiran terhadap terjadinya resesi. Akibatnya, karyawan bisa mengalami pengurangan gaji atau bahkan pemutusan kerja. Maka untuk mengantisipasi situasi tidak terduga semacam itu, Anda butuh dana darurat. Idealnya, dana darurat yang Anda miliki harus cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 3 sampai 6 bulan.
– Menabung dan berinvestasi
Jika ada kelebihan uang, tabung dana tersebut atau gunakan itu untuk berinvestasi. Anda bisa mencoba berinvestasi pada aset yang memiliki risiko kecil seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana tetap. Produk reksadana pasar uang sendiri umumnya bisa memberikan return hingga 4,89% dalam satu tahun atau pendapatan tetap hingga 7,18%.
Demikian ulasan seputar inflasi global. Walaupun terdengar kurang baik, pada dasarnya inflasi tetap dibutuhkan dalam perekonomian. Pasalnya, hal itu menunjukkan terjadinya peningkatan pada perekonomian. Akan tetapi, nilai inflasi yang terlalu tinggi tentunya tidak baik. Oleh karenanya, inflasi perlu dikendalikan sehingga selalu berada pada posisi yang stabil.