Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki masyarakat dan ekonomi inklusif. Kondisi ini membuat ekonomi berkelanjutan menjadi isu penting untuk segera direalisasikan. Sustainability economy sendiri merupakan keseimbangan antara pembangunan di sektor ekonomi, sosial, dan juga lingkungan.
Sudah seharusnya ketiga hal tadi dirumuskan secara jelas mengingat proses transformasi akan melibatkan banyak pihak. Sebut saja masyarakat, pemerintah, dan juga sektor swasta. Lalu, seperti apa konsep dari sustainability economy dan tantangan yang dihadapi untuk mewujudkannya?
Konsep Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
Ekonomi berkelanjutan artinya mengevaluasi dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan ekonomi dan bagaimana merancang tujuan yang berkelanjutan. Tujuannya agar bisa menciptakan masa depan yang lebih layak bagi masyarakat.
Bagaimana dengan situasi di lapangan?
Konsepnya, ekonomi berkelanjutan adalah prinsip pengambilan keputusan dan praktik bisnis yang menguntungkan perusahaan, tetapi tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Idealnya, sustainability economy ingin membatasi penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan agar generasi selanjutnya masih bisa menggunakannya.
Secara umum ada 3 bentuk pembangunan sustainability economy yang bisa dilakukan oleh perusahaan atau pihak yang berkepentingan. Pertama merancang sistem yang lebih efisien. Kedua, memprioritaskan perkembangan ekonomi low-impact. Ketiga, beralih ke sumber energi terbarukan.
Jadi, ada 4 aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan konsep pembangunan sustainability economy yakni:
1. Pentingnya keseimbangan antara kepentingan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
2. Sustainability economy perlu menciptakan value lebih untuk masyarakat. Opsinya cukup banyak seperti menyediakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan kualitas hidup dan juga kesejahteraan masyarakat.
3. Sesuai dengan inti dari sustainability economy, pertumbuhan ekonomi harus menggunakan sumber daya alam secara baik yakni bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
4. Pengembangan teknologi dan inovasi dalam sustainability economy harus ramah lingkungan. Caranya dengan meningkatkan penghematan sumber daya alam yang digunakan ataupun mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
Tantangan dalam Perkembangan Ekonomi Berkelanjutan
Ekonomi berkelanjutan adalah praktik dari konservasi alam dan sumber keuangan untuk stabilitas ekonomi jangka panjang. Ada cukup banyak tantangan yang sifatnya fundamental dalam prosesnya.
Untuk mencapai pertumbuhan yang diinginkan, kamu masih butuh waktu, tenaga, dan biaya lebih banyak. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam perkembangan sustainability economy:
1. Kesadaran Masyarakat yang Rendah
Kesadaran sumber daya manusia di negara kita untuk melestarikan lingkungan masih terbilang rendah. Dari lingkup terkecil seperti warga pedesaan masih banyak yang membakar sampah atau membuang limbah rumah tangga di sungai. Kebiasaan yang dilakukan sejak lama sulit untuk diubah.
Sementara itu, dalam lingkup lebih besar yakni pelaku usaha nyatanya tidak sedikit yang masih menggunakan bahan dan teknologi tidak ramah lingkungan. Contohnya, industri rumahan yang memproduksi tahu atau tempe membuang limbahnya di selokan. Ada juga peternakan sapi di Jawa Barat dan Jawa Timur yang membuang limbah kotoran di sungai.
2. Ketergantungan pada Sumber Energi Tidak Terbarukan
Tantangan lain yang dihadapi dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan adalah penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Di tahun 2022, penggunaan bahan bakar fosil di sektor industri mencapai 80%. Selain itu, negara-negara Eropa juga bergantung pada penggunaan batu bara di musim dingin.
Penggunaan bahan bakar fosil ini menghasilkan emisi karbon tinggi dan menjadi salah satu penyebab perubahan iklim. Sejauh ini, peralihan dari sumber energi tidak terbarukan ke sumber energi terbarukan terus berjalan. Namun, melihat ketergantungan yang terjadi sejak lama, maka peralihan sepenuhnya akan memakan waktu lebih lama.
3. Kesenjangan Sosial
Indonesia adalah negara berbentuk kepulauan. Pusat pemerintahan dan ekonomi terletak di Pulau Jawa sehingga pertumbuhan ekonomi tidak merata. Kondisi ini rentan memperluas ketimpangan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Kesenjangan sosial yang terjadi bisa memicu konflik dan merusak kestabilan sosial.
Pemerataan ekonomi ini masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Pembangunan infrastruktur di luar Jawa, khususnya daerah terpencil atau tertinggal sangat diperlukan. Akses jalan yang layak akan memudahkan transportasi dalam proses distribusi barang dan jasa.
4. Kesenjangan Teknologi dan Akses Informasi
Internet menjadi salah satu kebutuhan penting di era digital. Apalagi saat ini ponsel pintar bukan lagi barang mewah. Banyak entry level smartphone yang membuat semua kalangan bisa menjangkau ponsel pintar.
Sayangnya, beberapa penyedia kartu seluler hanya kuat sinyalnya di area tertentu seperti kota dan kabupaten. Area terpencil seperti pegunungan, perbukitan, dan pedesaan terpencil terkendala sinyal yang buruk. Bahkan, akses internet melalui Indihome dan penyedia lainnya juga masih belum menyeluruh.
Kondisi ini bisa memicu kesenjangan akses informasi. Selain itu, perbedaan teknologi yang dimiliki satu daerah dan lainnya juga berpengaruh terhadap penyebaran serta ketersediaan informasi. Masyarakat di pedesaan juga rentan sulit menerima informasi terkait sustainability economy jika tidak ada sosialisasi jangka panjang.
Pihak berwenang yakni pemerintah perlu memiliki strategi yang efektif untuk menghadapi tantangan-tantangan di atas agar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bisa dicapai. Tentunya kolaborasi antara pemangku jabatan, masyarakat, dan pihak swasta sangat diperlukan.