Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata Metaverse? Pasti langsung teringat Mark Zuckerberg, yang mempersatukan nama-nama media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Whatsapp dalam satu ‘payung’ bernama Metaverse. Metaverse sendiri artinya adalah kolaborasi antara dunia digital dengan realita sesungguhnya.
Namun, bagaimana dengan pemasaran di era Metaverse? Pastinya, strategi pemasaran ini akan melibatkan teknologi blockchain serta aset kripto. Tidak perlu khawatir akan keamanan data, karena Metaverse mendesentralisasi keamanan data pribadi pengguna.
Metaverse juga berpeluang akan bekerja selaras dengan token non-fungible (NFT), yang akan mewakili aset dunia virtual. Artinya, yang kita beli di dunia virtual dengan NFT akan benar-benar menjadi milik kita di dunia nyata. Tidak seorang pun yang bebas mengklaim aset tersebut sebagai milik mereka.
Menariknya, aset digital benar-benar mempunyai nilai jual dan beli di dunia nyata. Hitungannya pun flat. Makanya, tak heran bila Morgan Stanley, mogul finansial, memprediksi bahwa aset digital NFT dapat bernilai 56 milyar dolar Amerika di pasar global pada 2030 nanti.
Jenis-jenis Pemasaran Era Metaverse
Era digital yang berkembang pesat semakin memungkinkan pemasaran di era Metaverse. Selain sudah banyak jadi topik pembahasan menarik di dunia nyata maupun maya, pemasaran gaya ini juga sudah mulai dipraktikkan. Meskipun belum banyak, beberapa pelaku bisnis sudah mulai melakukan hal ini.
Beberapa jenis pemasaran ini adalah:
– Realitas virtual (virtual reality)
Produk didekatkan pada pelanggan lewat pengalaman realitas virtual (virtual reality). Detail produk pun dapat lebih dirasakan secara visual.
– AR (Augmented Reality)
Masih ingat permainan Pokemon GO atau adegan film “Black Panther”, yaitu saat Zuri, adik T’Challa, menyetir mobil di parkiran, padahal dirinya masih berada di laboratorium? Konsep yang digunakan keduanya bernama AR (Augmented Reality), meskipun yang sudah terbukti nyata adalah permainan Pokemon GO.
– Membangun brand
Membangun brand akan semakin mudah di dalam Metaverse. Pengguna di dalam Metaverse akan bertumbuh. Manfaatkan papan pesan virtual serta merchandise digital di sana. Ajak terus avatar para pengguna di Metaverse untuk langsung merasakan pengalaman virtual dengan brand yang sedang dibangun.
– Popup virtual
Meskipun ada pengguna internet yang menganggapnya sedikit ‘mengganggu’, popup virtual terbukti sangat membantu dalam pemasaran digital. Di era Metaverse, kehadiran popup virtual ad sangat efektif. Pengguna internet dapat langsung melihat dan melakukan pembelian dengan sekali klik.
– Kelas virtual
Salah satu strategi pemasaran di era Metaverse yang paling efektif adalah membuka kelas virtual. Mengapa demikian? Saat ini, sudah banyak pekerjaan yang membutuhkan keahlian digital. Makanya, banyak para pakar yang membuka kelas virtual. Tujuannya tentu saja meraih lebih banyak orang yang membutuhkan, tanpa batas geografis.
Pengaruh Pemasaran Era Metaverse Bagi Interaksi Bisnis
Terhadap pemasaran digital, Metaverse akan memberikan pengaruh besar. Beberapa elemen tradisional yang lazim terlihat pada pemasaran konvensional mungkin akan hilang. Misalnya: game akan terlihat tanpa banyak gangguan iklan yang ‘numpang lewat’, meskipun hanya beberapa detik.
Kini sudah lazim bahwa iklan sama dengan film pendek. Dari awal, audience tidak akan langsung disuguhkan gambar brand, sehingga terkesan ‘hard-selling’. Bahkan, pengguna Metaverse akan merasa seperti menonton film, hingga di akhir cerita.
Tidak seperti tayangan konvensional, tayangan konten di era Metaverse juga akan langsung melibatkan pengguna internet. Misalnya: mereka akan dibuat merasa seperti berada langsung di lokasi serupa dengan produk yang sedang dipasarkan. Bahkan, mereka juga bisa ikut kuis interaktif yang ada di konten tersebut.
Para digital marketer juga telah melibatkan konsumen dalam penggarapan konten. Dengan gabungan antara realitas virtual, avatar, serta era baru UCG, bisa jadi akan tercipta ide-ide baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Misalnya: menantang konsumen untuk menebak atau memprediksi produk yang tersamar pada konten sebelumnya. Pemenangnya bisa langsung membeli dengan aset digital.
Toko digital di Metaverse kemungkinan besar akan tampak seperti game simulasi. Misalnya: kita ingin berbelanja pakaian yang ditawarkan di Metaverse. Bisa jadi kita menggunakan avatar yang mirip dengan kita (seperti avatar Facebook) dan memadukan berbagai pakaian di toko digital tersebut.
Tantangannya? Tentu saja memastikan bahwa pengalaman ini tidak berujung mengecewakan saat dibawa ke dunia nyata. Meskipun bisa dicoba secara virtual, produk yang dikirimkan harus sesuai dengan ekspektasi pelanggan yang memesan. Jangan sampai salah kirim seperti yang kadang terjadi pada toko online biasa.
Pemasaran di era Metaverse berarti peluang untuk berkolaborasi dengan brand virtual. Strategi ini akan membantu untuk menggaet pasar lebih besar terkait produk atau jasa yang tengah dipromosikan.
Konsumen pun akan memperoleh pengalaman baru dengan produk tersebut. Bila tertarik, mereka bisa membagikan ulang konten promosi tersebut kepada pengguna lain. Anda tinggal menunggu melayani pelanggan.
Nah, ternyata banyak peluang yang bisa didapatkan dari pemasaran di era Metaverse. Siap berinteraksi dan bertransaksi secara digital dengan beragam pengalaman?