Infrastruktur berperan dalam mendukung perekonomian negara. Dalam hal ini, pembangunan jaringan gas dan listrik diperlukan agar proses produksi barang berjalan baik. Begitu pula dengan pembangunan jalan yang dibutuhkan untuk kelancaran distribusi barang.
Meski begitu, pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan sekitar juga hanya akan memberikan dampak buruk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur harus dipastikan keberkelanjutannya. Penjelasan lebih lengkap mengenai infrastruktur berkelanjutan dijelaskan di bawah ini.
Definisi Infrastruktur Berkelanjutan
Saat ini, sudah banyak negara yang mulai melirik pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Banyak negara yang sudah merumuskan kebijakan yang mengatur agar pembangunan infrastruktur juga memperhatikan etika pada aspek-aspek yang berkaitan.
Pembangunan infrastruktur yang dahulu hanya fokus pada tujuan pembangunan, misalnya, kini sudah mulai memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerapkan aturan dalam Paris Agreement yang mengatur tentang pembangunan infrastruktur yang berdampak baik dalam jangka panjang.
4 Pilar Keberlanjutan
Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan memiliki empat pilar yang perlu diperhatikan, yaitu manusia, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
- Keberlanjutan Manusia
Sebagaimana namanya, pilar ini berfokus pada manusia. Setiap manusia yang terlibat secara langsung maupun tidak memperoleh dampak dari proses produksi barang atau penawaran jasa.
Dalam hal ini, tanggung jawab, kemampuan, dan pengembangan keterampilan menjadi penting. Ketiga hal tersebut mendukung operasi dan keberlanjutan bisnis yang akhirnya berdampak baik bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
- Keberlanjutan Sosial
Keberlanjutan sosial bertujuan menciptakan sistem sosial yang membentuk kerangka masyarakat. Keberlanjutan sosial menyorot gambar yang lebih besar yang menggunakan perspektif global untuk mempertimbangkan keadaan masyarakat dan budaya.
Pilar ini bertujuan untuk melindungi generasi mendatang dengan mengingatkan manusia akan dampak dari pembangunan jika tidak memperhatikan aspek-aspek yang terdampak.
- Keberlanjutan Ekonomi
Pilar ini merujuk pada kegiatan yang mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang tanpa mengganggu pilar lainnya. Pilar ini mengatur agar penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara efisien.
- Keberlanjutan Lingkungan
Pilar terakhir adalah keberlanjutan lingkungan dengan melaksanakan pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Pilar ini memiliki pandangan bahwa manusia seharusnya memperhatikan alam sekitar karena manusia mengambil banyak manfaat darinya.
Tujuan jangka panjangnya adalah memastikan kebutuhan manusia terpenuhi tanpa merugikan generasi mendatang.
Baca juga: Peran Keamanan Cyber Pada Bisnis dan Pemerintah Guna Menghindari Serangan Siber
Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia
Merujuk kepada empat pilar tersebut, Indonesia sudah menerapkan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Pembangunan tersebut meliputi transportasi berkelanjutan, bangunan hijau, dan penggunaan energi terbarukan.
Transportasi Berkelanjutan
Beberapa waktu lalu, tiga mahasiswa Fakultas Teknik UI berhasil menciptakan aplikasi bernama TODerse. Aplikasi yang menunjang keberlanjutan kehidupan kota ini mengusung konsep transit oriented development (TOD).
Konsep tersebut memungkinkan penggunanya mengetahui jadwal dan rute perjalanan berbagai alat transportasi publik. Dengan menggunakan aplikasi ini, pengguna bisa menyesuaikan jadwal berangkat atau pulang sesuai dengan ketersediaan alat transportasi publik tersebut.
Aplikasi ini juga memberikan preferensi tempat hunian yang disebut Aparthouse. Tempat hunian ini dekat dengan akses transportasi umum sehingga membantu mobilitas penghuninya.
Selain itu, salah satu fitur yang diberikan adalah integrated ticketing atau pembayaran tiket satu pintu yang menawarkan pembayaran untuk berbagai mode transportasi.
Baca juga: Menghadapi Krisis Kesehatan Global: Varian COVID-19 dan Strategi Vaksinasi Terbaru
Bangunan Hijau
Penerapan konstruksi bangunan hijau kini tengah menjadi proyek di banyak negara di dunia. Bangunan hijau berarti direncanakan, dibangun, dioperasikan, dipelihara, direnovasi, dan dibongkar dengan cara yang memperhatikan dampaknya pada iklim dan lingkungan. Sebisa mungkin semua proses tersebut dapat dilakukan dengan menekan dampak negatifnya.
Dari seluruh proses tersebut, pembangun perlu melindungi, menghemat, dan mengurangi penggunaan sumber daya alam; menggunakan bahan yang tidak beracun dan menjaga kelestarian lingkungan selama proses pembangunan; serta menjaga kualitas udara di dalam ruangan.
Indonesia memiliki lembaga sertifikasi bangunan hijau bernama Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia). Demi berjalannya pembangunan infrastruktur berkelanjutan, lembaga ini telah menerima status emerging member dari World Green Building Council yang berbasis di Toronto, Kanada.
Untuk menentukan kelayakan suatu bangunan sebagai bangunan hijau, GBC menggunakan enam kategori penilaian: appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, material resources and cycle, indoor health and comfort, dan building environment management.
Saat ini, beberapa gedung di Indonesia yang menerapkan konsep bangunan hijau adalah Wisma Subiyanto, Menara BCA, Gedung Kementerian PU, Sampoerna Strategic Square, L’oreal Indonesia Office, dan Sequis Center.
Energi Terbarukan
Meskipun masih memanfaatkan energi tidak terbarukan, laporan Kementerian ESDM menyebutkan bahwa Indonesia memiliki pembangkit listrik energi baru terbarukan dengan total kapasitas 12.529 megawatt pada 2022.
Total kapasitas itu adalah akumulasi dari tenaga air (PLTA), bio energi, panas bumi (PLTP), tenaga surya (PLTS), dan tenaga angin (PLTB).
Dari total kapasitas itu, PLTA menjadi penyumbang kapasitas listrik terbesar. Padahal, menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), potensi energi terbarukan terbesar Indonesia adalah energi surya yang mencapai 2.989 gigawatt (GW). Sementara tenaga air hanya menyumbang potensi sebesar 94,6 GW.
Indonesia sedang melakukan banyak transisi untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang sepenuhnya berkelanjutan. Meskipun masih berada di tahap awal, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur berkelanjutan.