Perilaku Konsumen Berubah di Bulan Ramadan? Ini Strategi Jitu untuk Tingkatkan Penjualan

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan salah satu topik penting dalam dunia pemasaran. Ini merupakan studi tentang bagaimana para konsumen menentukan pilihan untuk membeli atau menggunakan produk. 

Ada sejumlah faktor yang memengaruhi perilaku konsumen. Menurut Philip Kotler dalam A Dictionary of Marketing, di antaranya adalah faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. 

Perilaku Konsumen

Memahami Perubahan Perilaku Konsumen Indonesia di Bulan Ramadan

Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia, perilaku konsumen Indonesia memiliki ciri tersendiri. Bahkan ada tradisi tertentu, seperti pada bulan Ramadan, di mana minat dan pola belanja masyarakat mengalami perubahan.

Ramadan disebut juga bulan puasa. Pada bulan ini muslim seluruh dunia menjalankan puasa sejak fajar hingga magrib, selama sebulan penuh. Pastinya perilaku masyarakat turut berubah selama bulan puasa. 

Salah satu yang paling jelas adalah kebiasaan makan. Selama sebulan ini, mayoritas umat Islam tidak makan siang. Muslim yang berpuasa hanya makan dua kali sehari, yakni saat sahur dan berbuka.

Perubahan Perilaku Konsumen di bulan Ramadan dan Strategi Menghadapinya

Selain pola makan yang berbeda, apa saja perubahan perilaku konsumen Indonesia selama bulan Ramadan? Dan, bagaimana strategi yang tepat untuk menjawab tantangan tersebut? Berikut uraiannya. 

Anggaran Belanja Meningkat

Sebuah survey Telkomsel menyebutkan bahwa sebagian orang sengaja menyiapkan anggaran lebih pada bulan Ramadan, jumlahnya bisa lebih dari Rp2,5 juta. Anggaran itu memang disiapkan untuk belanja, terutama makanan dan minuman, barang-barang fashion, alat elektronik, dan perlengkapan rumah tangga.

Fenomena ini bisa disiasati dengan menggelontorkan lebih banyak promosi. Bisa lewat saluran langsung, program promo khusus, atau memanfaatkan iklan, baik digital maupun konvensional. 

Akan lebih baik jika promosi ini dilakukan lebih awal. Karena perilaku konsumen Indonesia sudah mulai menelusuri hal-hal berbau Ramadan sejak seminggu sebelumnya. 

Lebih Rajin Ibadah

Bulan Ramadan istimewa karena menjadi momen untuk meningkatkan ibadah. Selain ibadah salat dan tentunya puasa, sedekah menjadi salah satu ibadah paling disukai. Begitu pula dengan aktivitas menikmati konten-konten bernuansa Islami.

Menghadapi tren tersebut, pebisnis sebaiknya memberikan nilai lebih pada produk atau layanan yang ditawarkan. Misalnya dengan turut ambil bagian dalam menyalurkan sedekah. Lewat sebagian keuntungan dari penjualan yang disisihkan kepada fakir miskin, baik melalui organisasi penyalur maupun secara mandiri.

Jam Aktif yang Berbeda

Google pernah membuat riset pada tahun 2016. Riset ini mengungkapkan bahwa masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas online selama Ramadan, terutama pada jam-jam tertentu di luar waktu ibadah.

Aktivitas online meningkat pada sekitar waktu sahur, yakni antara jam 03.00 – 06.00. Lalu pada siang hari saat jam istirahat kerja. Pukul 16.00 – 18.00 menjelang buka puasa, dan mulai pukul 20.00 setelah salat tarawih hingga waktu istirahat malam.

Jika ingin pemasaran lebih efektif, gunakan hasil studi tersebut sebagai pedoman. Lakukan trik-trik promosi dan maksimalkan penawaran pada jam-jam aktif tertentu, misalnya setelah sahur atau malam hari usai tarawih. 

Tren Penggunaan Media

Masih berdasarkan riset yang sama, Google juga mengungkap jenis media dan platform populer selama Ramadan. Hasil yang perlu dicatat, antara lain konsumsi konten video, penggunaan media sosial, serta situs e-commerce yang meningkat cukup drastis.

Jadi, jika pebisnis ingin melakukan promosi, sebaiknya maksimalkan konten video. Berikan muatan Islami yang bernilai, dan unggah pada waktu yang tepat agar bisa tersebar dengan baik. 

Selain itu, bisa juga dengan menjalankan promosi dengan memanfaatkan platform belanja online. Umumnya konsumen lebih banyak mencari produk di situs e-commerce pada jam-jam aktif Ramadan, terutama seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri.   

Kebutuhan Meningkat Jelang Idul Fitri

Meski kebutuhan tetap, tetapi dengan anggaran belanja yang naik, plus Tunjangan Hari Raya (THR). Tentu konsumen lebih leluasa mengalokasikan dana untuk belanja. Apalagi dengan berbagai tradisi Ramadan dan Idul Fitri, seperti bagi-bagi hampers, memakai baju baru, mudik dan kumpul keluarga.  

Kenaikan ini umumnya terjadi sejak minggu ketiga Ramadan, dan semakin meningkat hingga menjelang Idul Fitri. Oleh karenanya, pebisnis bisa meningkatkan frekuensi dan jangkauan pemasaran, baik secara online maupun offline

Perlu diingat pula bahwa konsumen cenderung lebih banyak mencari promosi. Ini tak cuma berlaku untuk produk dan layanan khusus Ramadan atau Idul Fitri, tetapi juga kebutuhan pokok sehari-hari.

Penutup 

Mengingat begitu banyak peluang meningkatkan penjualan selama Ramadan, pelaku usaha sebaiknya memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya. Setidaknya, aktivitas promosi dan pemasaran yang dilakukan sebulan penuh dapat meningkatkan brand awareness. Di mana, hal ini tentunya bisa berdampak positif pada bulan-bulan ke depan. 

Seperti kata Direktur Eksekutif Retail Measurement Service Nielsen, Yongky Susilo, “Momen Ramadan dianggap sangat penting oleh produsen, karena jika target Ramadan tidak terpenuhi, berarti Anda akan kehilangan angka produksi pada tahun tersebut.”

Ini berarti bahwa Ramadan merupakan momen penting, baik dari sisi spiritual maupun bisnis. Jika pelaku bisnis melewatkan momen ini, maka sama halnya dengan mengabaikan potensi keuntungan selama setahun penuh. 

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan lewatkan informasi terbaru dari kami. Silakan berlangganan buletin kami.

Recent News

Editor's Pick