Saat ini, Indonesia masih bergantung pada model ekonomi linear. Model perekonomian ini dipercaya dapat menghasilkan profit maksimal. Namun, dalam perjalanannya, model ekonomi linear terbukti tidak bisa berkelanjutan. Ada yang harus dikorbankan, baik itu kesejahteraan masyarakat kelas menengah ke bawah hingga lingkungan.
Berdasarkan kekhawatiran tersebut, kini makin banyak yang memutuskan alternatif model perekonomian. Salah satu model tersebut yang mulai dipertimbangkan saat ini adalah ekonomi sirkular.
Apa Itu Ekonomi Sirkular?
Ekonomi sirkular adalah model perekonomian yang berusaha memperpanjang siklus hidup produk, bahan baku, maupun sumber daya yang ada. Tujuannya adalah agar produk, bahan baku, maupun sumber daya tersebut dapat digunakan selama mungkin. Prinsip ekonomi ini juga berarti usaha mengurangi limbah dan polusi sebanyak dan semaksimal mungkin.
Tidak hanya itu, prinsip ekonomi sirkular juga terkait dengan usaha mendaur ulang sampah yang bisa didaur ulang. Misalnya: kantong plastik. Prinsip ini juga terkait dengan usaha pengurangan emisi karbon serta efisiensi sumber daya alam.
Dengan kata lain, manfaat dari prinsip ekonomi ini adalah mempercepat usaha memenuhi target menurunkan emisi karbon serta meraih pemulihan hijau dan berkelanjutan. Apalagi, saat pandemi Covid-19, lingkungan mulai sedikit terpulihkan. Berkurangnya jumlah penduduk yang keluar rumah dan menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil menjadi penyebabnya.
Namun, tentu saja manusia tidak bisa selamanya berdiam diri di rumah. Saat vaksin Covid-19 dirilis dan virus Corona tidak lagi menakutkan, saatnya pemulihan ekonomi secara bertahap. Tentu saja, hal ini juga berarti kembali menghadapi masalah yang sama: risiko alam lingkungan kembali tercemar.
Di manakah peran ekonomi sirkular dalam hal ini?
Relevansi Ekonomi Sirkular Dalam Ketidakpastian Ekonomi
Ada yang beranggapan bahwa pendekatan ekonomi dengan model ini hanya urusan daur ulang. Sebenarnya tidak salah juga, namun tidak sepenuhnya tepat. Daur ulang hanyalah salah satu contoh dari langkah yang bisa dilakukan dalam model perekonomian ini.
Justru, kita bisa meniru prinsip tersebut dengan cara lain. Misalnya: mendesain produk yang tidak hanya punya satu fungsi. Namun, begitu masa gunanya berakhir, produk tersebut ternyata masih bisa digunakan untuk “produk lain”. Bahan produk tersebut masih bisa digunakan meskipun fungsinya berbeda dengan produk sebelumnya.
Contoh lainnya dari ekonomi sirkular berupa keanekaragaman sumber daya. Bila kita bisa menemukan dan memanfaatkan sumber daya alternatif, maka kita tidak perlu terlalu tergantung pada sumber daya alam yang itu-itu saja. Hal ini dapat mengurangi eksploitasi sumber daya tertentu secara berlebihan.
Di platform media sosial pernah ada seorang selebriti yang mempromosikan frugal living, yaitu berusaha hidup sesederhana mungkin. Penganut hidup ini memutuskan untuk tidak lagi menggunakan barang sekali pakai, apalagi yang harganya mahal. Mereka juga berusaha mengirit pengeluaran dengan berbagai cara lain. Misalnya: menanam sendiri makanan atau bahan masakan yang bisa ditanam.
Meskipun tidak ada yang menyamakan strategi ini dengan bagian dari ekonomi sirkular, frugal living juga dapat menekan pengeluaran rumah tangga. Cara ini juga bagus untuk mengurangi sampah atau limbah yang lazim muncul akibat gara hidup berlebihan.
Pada akhirnya, kita menyadari bahwa sesungguhnya manusia tetap bisa hidup dengan sedikit barang. Kuncinya adalah bisa membedakan antara memenuhi keinginan sesaat dengan memenuhi kebutuhan harian. Jangan sampai tertukar, sehingga kerap menimbulkan masalah dan mempersulit diri sendiri.
Pengaruh Ekonomi Sirkular Dalam Industri-industri Ini
Isu perubahan iklim dan masalah lingkungan seperti polusi sudah sering digaungkan setiap tahun. Namun, sayangnya, hingga kini belum banyak perusahaan yang menerapkan ekonomi sirkular dalam pengoperasian mereka, terutama di Indonesia.
Kegiatan sektor industri dan pertanian belum bisa menggunakan pendekatan perekonomian ini. Namun, secara bertahap sudah mulai banyak yang mencobanya. Salah satu contohnya adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih pada pupuk organik. Apalagi, sejak dulu petani telah mengandalkan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman.
Selain itu, 5 sektor industri di Indonesia mendapatkan perhatian khusus terkait dengan pendekatan ekonomi sirkular, seperti:
- Industri makanan dan minuman.
- Industri konstruksi.
- Industri elektronik.
- Industri tekstil.
- Industri plastik.
Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun RAN (Renacana Aksi Nasional). Mereka menjadikan ekonomi sirkular sebagai salah satu prioritas pembangunan untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.
Strategi ini digunakan sebagai persiapan menghadapi tahun 2030. Banyak yang sudah meramalkan bahwa pada tahun itu, kerusakan lingkungan kemungkinan besar akan semakin parah. Makanya, pendekatan sirkular diharapkan dapat meraih keuntungan ekonomi, lingkungan, maupun sosial.
Intinya, strategi ini diharapkan dapat meraih potensi pertambahan PDB sebesar 593 hingga 638 trilyun rupiah pada 2030 nanti. Selain itu, pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi limbah di tiap sektor industri sebesar 18 hingga 52 persen pada tahun yang sama nanti.
Harapan lainnya adalah bahwa strategi ini akan membantu menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru pada tahun 2030.