Pandemi COVID-19 memang telah berlalu, hanya saja dampak yang diberikan pandemi masih terasa sampai sekarang. Tidak hanya di sektor perekonomian dan pendidikan, pandemi juga memberikan pengaruh kesehatan mental pada banyak orang.
Isu kesehatan mental ini muncul akibat pandemi yang cukup panjang, karantina, aturan pembatasan kegiatan di luar rumah, dan tentu saja dampak sosial ekonomi. Hal-hal inilah yang memicu munculnya isu kesehatan mental pada banyak orang.
Apa saja yang termasuk dalam masalah kesehatan mental dan upaya apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal ini terjadi pada kita maupun orang-orang terdekat? Temukan jawabannya berikut ini.
Apa Saja yang Termasuk Kesehatan Mental
Sebenarnya ada sangat banyak gangguan kesehatan mental. Namun, berikut ini yang paling umum:
1. Gangguan Kecemasan
Rasa cemas merupakan hal yang wajar. Namun, rasa cemas yang berlebihan dan sering terjadi sudah termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental. Biasanya, orang yang mengalami gangguan ini akan merasakan rasa takut dan gelisah berlebihan dan tanpa alasan yang jelas.
Gejala fisik yang biasanya menyertai gangguan kecemasan diantaranya badan gemetar, sulit tidur, sering merasa lelah, sesak napas, kesemutan, dan pusing.
2. Mood Swing
Mood swing atau perubahan suasana hati yang kerap terjadi dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah termasuk ke dalam gangguan kesehatan mental. Kondisi ini juga dikenal dengan nama bipolar.
Tanda-tanda mood swing yaitu munculnya perubahan suasana hati yang cukup sering dan sangat drastis. Seseorang bisa tiba-tiba merasa down hingga menangis atau tiba-tiba merasa bahagia dan tertawa sendiri. Kondisi ini juga menyebabkan penderita memiliki emosi yang tidak terkontrol dan merusak hubungan dengan orang terdekat.
3. Skizofrenia
Skizofrenia masuk ke dalam golongan gangguan kesehatan mental berat. Orang yang menderita ini bisa berhalusinasi, delusi, dan depresi berat. Penderita skizofrenia rentan melakukan percobaan bunuh diri.
Terdapat gejala positif dan gejala negatif dari gangguan psikologis ini. Gejala positif ditandai dengan penderita mulai berperilaku tidak wajar, sedangkan gejala negatif ditandai dengan penderita tidak mampu berinteraksi dengan orang sekitarnya.
4. Obsessive compulsive disorder (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan kondisi di mana seseorang cenderung melakukan kegiatan yang sama berulang-ulang untuk menghilangkan kecemasan di pikirannya. Penderita pada umumnya menyadari tindakan yang mereka lakukan berlebihan, namun mereka tidak bisa melawannya.
Contoh yang paling umum adalah kebiasaan untuk mencuci tangan berkali-kali secara berlebihan. Gangguan ini paling sering muncul pada orang di usia tujuh hingga tujuh belas tahun.
5. Depresi
Depresi membuat penderita mengalami suasana hati sedih secara terus menerus. Berbeda dengan rasa sedih yang umum dirasakan pada orang lain, rasa sedih akibat depresi bisa berlangsung hingga mingguan dan bahkan bulanan.
Gejala psikologis yang biasanya menyertai depresi adalah hilangnya ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu, terus-menerus merasa sedih, mudah tersinggung, gangguan tidur, dan berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
Serangan Mental dari Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah meninggalkan perubahan di kehidupan kita dan mengubah beberapa hal yang selama ini kita anggap normal. Selain risiko kesehatan fisik, pandemi juga membawa dampak besar pada kesehatan mental dan kecemasan.
Meskipun kini angka penderita COVID-19 sudah menurun drastis dan sudah ada vaksin, beberapa orang mengalami apa yang peneliti sebut dengan istilah sindrom kecemasan COVID-19. Sindrom ini memiliki gejala seperti gangguan kecemasan, stres pasca trauma, dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Penyebab kecemasan pasca pandemi dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Takut terinfeksi
Mengingat bagaimana cepatnya penularan virus COVID-19 hingga berujung kematian, banyak orang mudah merasa khawatir dan cemas.
2. Ketidakpastian dan ambiguitas
Di masa pandemi, ada banyak sekali informasi yang tidak konsisten. Hal ini menimbulkan kebingungan sehingga membuat tingkat kecemasan naik.
3. Karantina atau Isolasi
Kebijakan seperti lockdown, social distancing, dan kerja atau belajar dari rumah telah membatasi banyak sekali interaksi sosial. Hal ini membuat banyak orang merasa kesepian dan cemas.
4. Kekhawatiran Ekonomi
Ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan oleh kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan, atau penutupan usaha menciptakan kekhawatiran yang signifikan terhadap kondisi keuangan.
5. Kecemasan Terhadap Kesehatan
Pandemi telah memperburuk ketegangan terkait kesehatan. Banyak orang memiliki kebiasaan obsesif memantau kesehatan dan senantiasa merasa waspada terhadap gejala kecil sekalipun.
Upaya Menjaga Kesehatan Mental Pasca Pandemi
Agar rasa khawatir dan cemas pasca pandemi tidak mengarah ke kesehatan mental, berikut ini beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental:
1. Melakukan Aktivitas Fisik
Karena sekarang sudah tidak ada lagi pembatasan aktivitas di luar rumah, sebaiknya lakukan aktivitas fisik di luar rumah atau di pusat kebugaran. Kita bisa mencoba yoga atau bersepeda santai.
2. Mengonsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Tetap jaga kesehatan dengan menjaga pola makan. Pilih makanan dengan asupan gizi seimbang secara teratur.
3. Jauhi Kebiasaan Buruk
Hindari kebiasaan buruk seperti begadang, merokok, minum minuman beralkohol, dan pola makan yang sembarangan.
4. Manjakan Diri
Selain menjaga fisik, penting juga menjaga kesehatan mental dengan melakukan hobi atau aktivitas menyenangkan. Luangkan waktu dengan orang terdekat untuk mengunjungi tempat wisata atau sekedar menonton bioskop.
Penutup
Kesehatan mental menjadi isu baru pasca pandemi COVID-19. Kesehatan mental pasca pandemi diakibatkan oleh ketakutan terinfeksi virus, dampak karantina, dan kekhawatiran terhadap kesehatan dan kondisi keuangan.